Anak Mojokerto
Nomor katalog | Mojokerto 1 Perning 1 |
---|---|
Nama umum | Anak Mojokerto |
Jenis | Homo erectus |
Umur | 1,43–1,49 juta tahun |
Tempat penemuan | Mojokerto, Indonesia |
Tanggal penemuan | 1936 |
Ditemukan oleh | Andojo Ralph von Koenigswald |
Anak Mojokerto, juga dikenal sebagai Mojokerto 1 dan Perning 1, adalah fosil bagian atas tengkorak dari remaja manusia purba. Ia ditemukan pada Februari 1936 dekat Mojokerto, yang sekarang masuk wilayah Desa Kepuhklagen, Kecamatan Wringinanom, Gresik (Jawa Timur, Indonesia) oleh seorang anggota tim penggalian yang dipimpin oleh Ralph von Koenigswald. Von Koenigswald pertama menanamkan spesimen tersebut Pithecanthropus modjokertensis namun segera mengganti namanya menjadi Homo modjokertensis karena Eugène Dubois – penemu Manusia Jawa, yang kemudian dinamakan Pithecanthropus erectus – tidak setuju bahwa fosil baru tersebut adalah sejenis Pithecanthropus. Bagian atas tengkorak tersebut kini diidentifikasi sebagai milik spesies Homo erectus.
Anak Mojokerto merupakan fosil manusia purba yang paling kontroversial yang pernah ditemukan di Indonesia.[1] Tarikhnya dan bahkan lokasi yang tepat dari penemuannya telah banyak diperdebatkan. Pertama diperkirakan kurang dari 1,00 Ma (juta tahun), dinyatakan pada tahun 1994, berdasarkan apa yang saat itu sebuah metode penanggalan baru, bahwa tengkorak itu berusia sekitar 1,81 Ma. Penulis dari makalah ini, Carl C. Swisher III dan Garniss Curtis, berpendapat bahwa tarikh ini memiliki implikasi yang luas bagi pemahaman kita mengenai migrasi manusia pertama "Keluar dari Afrika". Namun, pada awal tahun 2000-an, penelitian arsip dan ilmiah baru mengidentifikasi lapisan yang tepat dari mana fosil itu digali pada 1936 dan menunjukkan secara meyakinkan bahwa kemungkinan tarikh fosil paling awal adalah 1,49 Ma.
Penemuan dan nama
[sunting | sunting sumber]Fosil bagian atas tengkorak ditemukan pada Februari 1936 oleh Andojo – kadang-kadang disebut sebagai Tjokrohandojo atau Andoyo – seorang Indonesia yang bekerja pada penggalian fosil hewan di Bukit Kendeng (Pegunungan Kendeng) di Jawa Timur dalam sebuah tim yang dipimpin oleh Ralph von Koenigswald.[2] Andojo awalnya percaya bahwa tengkorak tersebut milik seekor orangutan, tetapi von Koenigswald segera mengenalinya sebagai manusia.[3] Dia menamakannya Pithecanthropus modjokertensis sesuai nama kota terdekat Mojokerto, yang saat itu dieja "Modjokerto".[4] Eugène Dubois, yang menemukan Manusia Jawa pada 1890-an dan menamakannya Pithecanthropus erectus, menulis kepada von Koenigswald menganjurkan bahwa jika fosil Mojokerto benar-benar manusia, maka ia tidak mungkin sejenis Pithecanthropus (harfiah: "manusia kera"). Karenanya, Von Koenigswald mengubah nama fosilnya menjadi Homo modjokertensis.[5] Pada akhirnya ia diklasifikasikan sebagai Homo erectus seperti "Manusia Jawa" dan banyak fosil manusia purba yang von Koenigswald dan lainnya ditemukan di Sangiran. Di Indonesia, fosil tersebut dikenal sebagai Pithecanthropus modjokertensis.[6]
Nama dua katalog fosil, "Mojokerto 1" dan "Perning 1" berasal dari nama kota Mojokerto, yang terletak sekitar 6 mil (9,7 km) barat daya dari situs tersebut, dan dari nama desa kecil Perning, yang terletak 10 kilometer (6,2 mi) timur laut dari Mojokerto dan 35 kilometer (22 mi) selatan dari situs tersebut.[7]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Dennell 2009, hlm. 155.
- ^ Swisher, Curtis & Lewin 2000, hlm. 42 (Andojo); Zaim 2010, hlm. 103 (Tjokrohandojo); Huffman et al. 2006, hlm. 432 (Andoyo).
- ^ Swisher, Curtis & Lewin 2000, hlm. 42; Zaim 2010, hlm. 103 (recognized fossil as being in the human lineage).
- ^ Antón 1997, hlm. 498.
- ^ Swisher, Curtis & Lewin 2000, hlm. 76.
- ^ Swisher, Curtis & Lewin 2000, hlm. 41.
- ^ Swisher, Curtis & Lewin 2000, hlm. 39–41 (location of Mojokerto); Zaim 2010, hlm. 103 (location of Perning).
Kutipan karya
[sunting | sunting sumber]- Antón, Susan C. (1997), "Developmental age and taxonomical affinity of the Mojokerto child, Java, Indonesia", American Journal of Physical Anthropology, 102: 497–514, doi:10.1002/(sici)1096-8644(199704)102:4<497::aid-ajpa6>3.0.co;2-p.
- Carbonell, Eudald; Marina Mosquera, Xosé Pedro Rodríguez, José María Bermúdez de Castro, Francesc Burjachs, Jordi Rosell, Robert Sala and Josep Vallverdú (2008), – via JSTOR (perlu berlangganan) , "Eurasian Gates: The Earliest Human Dispersals", Journal of Anthropological Research, 64 (2): 195–228, doi:10.3998/jar.0521004.0064.202, JSTOR 20371223.
- Ciochon, Russell L. (2010), "Divorcing Hominins from the Stegodon–Ailuropoda Fauna: New Views on the Antiquity of Hominins in Asia", dalam John G. Fleagle (eds); et al., Out of Africa I: The First Hominin Colonization of Eurasia, Vertebrate Paleobiology and Paleoanthropology Series, Dordrecht: Springer, hlm. 111–26, doi:10.1007/978-90-481-9036-2_8, ISBN 978-90-481-9035-5. ISBN 978-90-481-9036-2 (online).
- Dennell, Robin (2009), The Palaeolithic Settlement of Asia, Cambridge World Archaeology, Cambridge: Cambridge University Press, ISBN 978-0-521-84866-4. ISBN 978-0-521-61310-1 (paperback).
- Dennell, Robin (2010), "'Out of Africa I': Current Problems and Future Prospects", dalam John G. Fleagle (eds); et al., Out of Africa I: The First Hominin Colonization of Eurasia, Vertebrate Paleobiology and Paleoanthropology Series, Dordrecht: Springer, hlm. 247–74, doi:10.1007/978-90-481-9036-2_15, ISBN 978-90-481-9035-5. ISBN 978-90-481-9036-2 (online).
- Huffman, O. Frank; Y. Zaim, J. Kappelman, D. R. Ruez jr., J. de Vos, Y. Rizal; et al. (2006), "Relocation of the 1936 Mojokerto skull discovery site near Perning, East Java", Journal of Human Evolution, 50: 431–51, doi:10.1016/j.jhevol.2005.11.002, PMID 16386780.
- Morwood, Michael J.; P. O'Sullivan; E. E. Susanto; F. Aziz (2003), "Revised age for Mojokerto 1, an early Homo erectus cranium from East Java, Indonesia", Australian Archaeology, 57: 1–4.
- Rabett, Ryan J. (2012), Human Adaptation in the Asian Palaeolithic: Hominin Dispersal and Behaviour during the Late Quaternary, Cambridge: Cambridge University Press, ISBN 978-1-107-01829-7.
- Swisher, Carl C. III; Curtis, Garniss H.; Lewin, Roger (2000), Java Man: How Two Geologists Changed Our Understanding of Human Evolution, Chicago: University of Chicago Press, ISBN 0-226-78734-6.
- Swisher, Carl C. III; Curtis, Garniss H.; Jacob, Teuku; Getty, A. G.; Suprijo, A.; Widiasmoro (1994), – via HighBeam (perlu berlangganan) , "Age of the earliest known hominin in Java, Indonesia", Science, 263: 1118–21, doi:10.1126/science.8108729, PMID 8108729, diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-07-14, diakses tanggal 2017-08-19.
- Zaim, Yahdi (2010), "Geological Evidence for the Earliest Appearance of Hominins in Indonesia", dalam John G. Fleagle (eds); et al., Out of Africa I: The First Hominin Colonization of Eurasia, Vertebrate Paleobiology and Paleoanthropology Series, Dordrecht: Springer, hlm. 97–110, doi:10.1007/978-90-481-9036-2_7, ISBN 978-90-481-9035-5. ISBN 978-90-481-9036-2 (online).
Bacaan lebih lanjut
[sunting | sunting sumber]- Balzeau, Antoine; Grimaud-Hervé, Dominique; Jacob, Teuku (2005), "Internal cranial features of the Mojokerto child fossil (East Java, Indonesia)", Journal of Human Evolution, 48 (6): 535–53, doi:10.1016/j.jhevol.2005.01.002, PMID 15927659.